Selasa, 10 Juli 2012

How about Tekkom ?


Tekkom atau teknik komunikasi merupakan suatu mata kuliah yang cukup berat. Meski terkesan gampang dalam pelaksanaannya CUMAN buat poster, webblog, dan film. Tapi jelas berat di ongkos, mahasiswa plus anak kos pas-pasan macam saya ini musti irit kuadrat. Jadi capeeek deh -,-


Taaapi, kuliahnya enak, dosennya Alhamdulillah baik jadi ngerasa enjoy pas kuliah. Gara gara tekkom juga kita bisa piknik keluar kota bareng anak satu kelompok :p

Peran dan Fungsi Mahasiswa


Fungsi dan Peranan Mahasiswa Dalam Membangun Indonesia
 Mahasiswa adalah muda mudi bangsa yang berbekal intelektual tingi. Tonggak dari kemajuan pembangun dan peradapan Bangsa Indonesia. Dimana mahasiswa seringkali disebutkan sebagai pemuda harapan bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang belajar di perguruan tinggi atau universitas. Satu level diatas siswa SMU biasa atau anak sekolahan. Banyak pandangan dari luar terhadap mahasiswa. Mahasiswa sejatinya adalah segerombolan pelajar yang kritis, , aktif, intelektual, dan nasionalis. Mengapa disebutkan seperti berikut, karena setiap mahasiswa dalam masyarakat memiliki arti generative. Dimana nantinya mahasiswa sebagai pemuda harapan bangsa diharapankan mampu meneruskan perkembangan bangsa dan mampu membawa terobosan terobosan baru untuk Bangsa Indonesia. Tidak lagi menunggu intruksi dari kalangan tua yang sedang menjabat. Keaktifan mahasiswa bersuara sering kali dianggap sebagai suara perwakilan rakyat, banyak sekali orasi atau demo mahasiswa yang mengatasnamakan pembelaan terhadap rakyat. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa memang berperan penting dalam pembangunan bangsa. Tentunya dilihat dari fakta, kenyataan, dan kesesuaian yang ada. Kritis, mahasiswa diharapkan mampu memandang segala sesuatu hal dengan kritis. Bahwasanya mahasiswa tidak lagi menelan mentah mentah setiap kebijakan dan teori public yang sering menjadi kontroversi dikalangan masyarakat. Intelektual, sekali lagi mahasiswa diharap mampu menjadi sosok yang berdedikasi, dan memiliki tingkat intelektual yang tinggi  khususnya pada bidang keahlian masing masing. Mahasiswa diharapkan bisa menciptakan terobosan terobosan baru yang mempermudah mahasiswa sendiri, atau masyarakat kalangan luas. Selanjutnya mahasiswa diharuskan memiliki rasa nasionalisme. Mahasiswa diharapkan memiliki rasa tanggung jawab terhadap kebangsaan mereka, menjunjung etika moral Bangsa Indonesia, dan mampu mengutarakan fakta atau kebenaran yang ada. Mahasiswa sebagai agen penerus bangsa harus mampu mewujudkan cita cita Bangsa Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa  dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, pedamaian abadi dan keadilan social. Mahasiswa diharapkan tidak hanya mampu berbicara teoritis, namun juga dapat berbicara fakta. Mahasiswa yang nantinya meneruskan kepemimpinan negara, harus memiliki rasa tanggung jawab sepenuhnya terhadap bangsanya. Mahasiswa diharapkan mampu menggantikan system birokrasi bangsa Indonesia yang tengah porak poranda dengan adanya praktek KKN dikalangan pejabat hingga rakyat jelata. Mahasiswa diharapkan mampu menegakkan kembali tonggak system birokrasi bangsa, yang dijadikan indicator kesuksesan bangsa. Mahasiswa diharapkan mampu berfikir rasional, tidak bertindak anarki, berkontribusi penuh dalam pembangunan bangsa, dan mampu mempelopori terciptanya suasana yang kondusif baik di lingkungan kampus maupun di dalam masyarakat. Sebuah dedikasi untuk sebuah penghidupan yang lebih mutlak tentang sebuah kebijakan yang mewakili segenap aspek kesejahteraan serta hak-hak setiap masyarakat Bangsa Indonesia untuk mendapatkan sebuah keadilan dan bersuara. Pada intinya mahasiswa dianggap sebagai regenerasi pimpinan bangsa yang diharapkan kedepannya bisa menahkodai perjalanan kemajuan Bangsa dan Negara Indonesia. Setangkup harapan pada pundak para mahasiswa yang tentunya menjadi kantung harapan bangsa. Dengan demikian diharapkan mahasiswa lebih lebih menyadari tanggung jawabnya sebagai tonggak bangsa.

Fenomena Sumur Resapan Tembalang


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial. Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil yakni 16,08 % (1995). Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya.
            Dari data statistik 1995, prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber air minum yang digunakan di berbagai daerah di Indonesia sangat bervariasi tergantung dari kondisi geografisnya. Secara nasional yakni sebagai berikut : Yang menggunakan air leding (PAM) 16,08 %, air tanah dengan memakai pompa 11,61 %, air sumur (perigi) 49,92 %, mata air (air sumber) 13,92 %, air sungai 4,91 %, air hujan 2,62 % dan lainnya 0,80 %.
            Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kulaitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak langsung dan secara perlahan.
            Untuk menanggulangi masalah tersebut, salah satu alternatif yakni dengan cara mengolah air tanah atau air sumur sehingga didapatkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, Kelompok Pengkajian Sistem Pengelolaan Air, Kedeputian Bidang Analisis Sistem, BPP Teknologi, telah mengembangkan teknologi untuk mengolah air sumur menjadi air yang dapat langsung diminum tanpa dimasak terlebih dahulu. Unit alat tersebut terdiri dari antara lain : pompa air baku, filter bertekanan, filter mangan zeolit, filter karbon aktif, cartridge filter dan sterilisator ultra violet. Unit alat tersebut dapat dirancang sesuai dengan kapasitas yang diinginkan.

BAB II

PEMBAHASAN

APLIKASI SUMUR RESAPAN, STUDI KASUS DI KECAMATAN TEMBALANG, SEMARANG, JAWA TENGAH

Kecamatan Tembalang merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah Semarang atas, yang memiliki fungsi sebagai daerah resapan air. Akan tetapi, laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang pesat, mengakibatkan daerah Tembalang mengalami perubahan fungsi tata guna lahan. Dalam menghadapi permasalahan tersebut, yang harus dilakukan adalah dengan menahan debit air berlebih yang turun ke wilayah Semarang bawah yaitu dengan pembuatan sumur-sumur resapan di daerah Semarang atas, yang dalam hal ini mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Tembalang. Dari perhitungan diatas didapatkan hasil bahwa volume air di Kecamatan Tembalang yang tidak dapat terserap kedalam tanah jika terjadi hujan sebesar 889 liter/detik. Untuk itu dibutuhkan 330 sumur resapan di Kecamatan Tembalang dengan diameter sumur 0,2 meter untuk akuifer 20 m untuk menggantikan debit air yang melimpas tadi.
Dalam menentukan lokasi sumur resapan harus mempertimbangkan aspek fisik geologi, karena tidak semua lokasi cocok untuk sumur resapan, contohnya adalah Perumahan Bukit Diponegoro. Pembuatan sumur resapan pada perumahan tersebut akan mengakibatkan longsor.

BAB III
KESIMPULAN
Penghamburan air akibat ketiadaannya penyaluran air yang baik pada lahan yang diairi dengan irigasi (untuk penghematan dalam jangka pendek) dapat berakibat terjadinya kubangan dan penggaraman yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya produktivitas air dan tanah. Belum lagi lahan yang tertutup paving dan bangunan. Sekarang ini di Kawasan Tembalang semakin marak pembangunan bangunan dan paving. Sehingga air tidak dapat meresap masuk ke dalam tanah. Seiring dengan majunya pembangunan perlu adanya sinkronisasi, antara pembangunan dan penyediaan lahan  untuk penyerapan air tanah. Untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan di daerah Tembalang, karna lahan tidak mampu menyerap air. Namun agar lahan penyerapan berfungsi sesuai harapan, harus ada relokasi ulang yang sesuai dengan kondisi geografisnya. Tidak seperti sumur resapan di daerah Bukit Diponegoro yang malah menyebabkan longsor. Dengan kata lain harus ada peninjauan wilayah lebih lanjut.

Senin, 24 Oktober 2011

Arti Seorang Ayah Bagi Gadis Kecil


Gadis kecil itu sedang bersiap-siap ke sekolah, ia menghabiskan sarapan paginya penuh semangat. Hari ini adalah hari dimana ia harus berbicara tentang ayah. Ibu kelihatan kuatir karena tahu apa yang hadapi putrinya nanti. Ia berbisik agar si kecil yang ceria tak usah masuk sekolah saja hari ini, tetapi si anak berkuncir dua itu hanya tertawa dan berkata ini’”ini kesempatan memberitahu teman-temanku siapa sebenarnya ayahku, ibu”

Mereka tiba di ruang pertemuan sekolah. Ruangan itu ramai dengan para ayah yang menemani putra-putri mereka, malah beberapa dari ibu mereka juga ikut mendampingi. Hanya si gadis kecil yang duduk bersama ibunya. Ibunya menunduk menyembunyikan kegalauan sementara si putri sibuk menyapa teman-temannya dengan riang.

Satu persatu anak-anak maju ke depan, bercerita tentang ayah mereka. Si gadis kecil memperhatikan dengan seksama membuat si ibu semakin gundah. Tangannya yang gemetar tak mampu mengusir kekuatiran menunggu giliran si gadis kecil.

Akhirnya tibalah giliran si gadis kecil. Saat ia berdiri, sang ibu sempat ragu namun si gadis kecil meraih tangannya dan mengajaknya ke depan. Mereka berjalan di tengah pandangan sinis orang-orang yang berbisik “ayah macam apa yang tak bisa menemani putrinya di hari sepenting ini.” Si ibu duduk di mana seorang ayah seharusnya duduk menemani si gadis kecil dan di depannya si gadis kecil memulai kisahnya tentang ayah.

“Ayah yang kukenal bukanlah ayah yang menemaniku bermain bola, bukan ayah yang bisa menciumku setiap saat dia inginkan, bukan ayah yang bisa kusambut ketika ia pulang kerja, juga bukan ayah yang bisa membelaku saat aku diganggu anak yang nakal, dia juga bukan ayah yang bisa menemaniku saat aku sedang sakit, bahkan ayah tak pernah mengucapkan selamat ulang tahun untukku walaupun sekali saja. Tetapi bukan karena ayahku jahat atau terlalu mementingkan pekerjaannya, ayahku mungkin terlalu baik hingga Tuhan ingin ayah bersamaNya. Aku tak membenci Tuhan karena aku tahu Tuhan sangat sayang padaku dan Ayah, Tuhan pasti punya rencana lain untuk kami hingga ia memisahkan aku dan ayah.”

Gadis kecil terdiam dan memandang kesekelilingnya, menatap wajah-wajah di hadapannya, “Ayah memang tak pernah ada di sisiku, tapi ia menemaniku setiap saat. Setiap kali aku bersedih, aku hanya tinggal menutup mataku sejenak dan memanggil namanya. Ia akan datang meskipun cuma aku yang tahu karena hatiku merasakannya. Ketika aku rindu menatap wajahnya, foto ayah akan menemaniku dalam tidur. Ayah memang tak bisa mengajariku bermain ataupun belajar, tapi ia mengajariku menjadi anak yang mandiri karena aku tak punya ayah yang membantuku, aku belajar menjadi anak yang berani karena tak ada ayah yang membelaku, aku belajar menjadi anak berprestasi karena aku ingin ayahku bangga di surga sana, aku ingin berhasil menjadi dokter karena aku ingin ibu punya alasan untuk melanjutkan hidupnya.”

Lalu ia diam sejenak, menutup mata dan berbisik, “aku beruntung karena ada ibu yang menemaniku, yang membantuku mengenal ayah sejak aku bayi dan aku tahu ayah ada di sini, melihatku dengan senang karena aku sudah memperkenalkannya pada semua agar semua orang tahu betapa berartinya ayah bagiku. Suatu hari nanti jika aku bisa bertemu dengannya di surga, aku akan berkata aku mencintainya dan selalu bangga menjadi anaknya.”

inspirasi untuk para wanita


Kisah ini saya kutip dari http://bundaiin.blogdetik.com/2011/10/07/kisah-inspirasi-untuk-para-istri-dan-suami/

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farah meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farah, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Senin, 15 Agustus 2011

See Them :D

Penegak Laksana Generasi ke-6 Ambalan Brawiloka .

Wirosari 06 Juli 2010 , pk 16.30 WIB .
Sore itu jadwal berkumpulnya para calon anggota laksana , sebelum nanti malam berangkat menuju lokasi pendakian Gn. Lawu . Dg di bonceng motor teman saya Seta dn memilkul beban tas seberat 11kg . Pasti kaget 11kg itu isinya apa saja , oke saya beritahukan beserta fungsinya ?
Pakaian 3 stel yg ternyata tidak berguna sama sekali . Peralatan dingin , 3 kaoskaki, 1 sleyer, 1 topi maling katanya . Sarung Bubok yg gedenya minta ampun . Tenda Dom . Matras . Makanan ; Roti, Susu, Mie, Coklat . Spirtus dn kapas utk bahan bakar . Kompor kaleng, made in saya sendiri . Juaranya yg paling berat air putih 2 liter dalam tas gunung saya ? Tissu basah buat pup dn pipis ? Salonpas buat nembelin hidung dn kaki saya yg pegel dn kedinginginan . Peralatan mandi dn sholat (padahal selama itu, aku cm mandi  1kali)
Oke sejauh ini Cuma itu yang saya ingat ?. Entah itu belebihan atau tidak tapi saya rasa hampir semua teman saya juga membawanya.
Saya tuliskan di sini nama manusia – manusia terpilih SMA N1 Wirosari angkatan 08 dn saya tuliskan juga suka duka kami dalam melaksanakan Pelatikan Laksana Waktu itu . Kira kira ada 31 calon laksana .
Pada barisan putra ada :
1.    Rinaldy Bismoko as Moko
2.    Gathot Wibowo as Gathot
3.    Tri Widiyanto as Trimbil
4.    Rudi Dwi as Rudi
5.    Zakaria as Mas Jack
6.    Suroto as Paksur
7.    Bayu Mukti as Bayu
8.    Heru Joko as Haje’es
9.    Seta Setiabudi as Setan
10.    Fatkhun Nizam as Paknis
11.    Ari Hartoyo as Ari
12.    Ade Okta , tambahan laksana yg sudah lanjut usia.
Pada barisan putri ada :
1.    Saya sendiri as Epik
2.    Historiani as Ito
3.    Santi as Santi
4.    Yuliana as Eza
5.    Dini Nur as Dini
6.    Ria Muslikah as Ria
7.    Sri Sumiasih as Mia
8.    Margaret Viki as Viki
9.    Lailatul as Rhea
10.    Arie Wijayanti as Arie
11.    Umy, tambahan laksana yg sudah lanjut usia ?
Pada barisan tetua ada :
1.    Drs. Himawan Pratomo as Pak Him
2.    Dheriana A.Md as Pendekar satu mata
3.    Ujang Mulyono as Ujang
4.    Ada ‘Becak Rider’ juga M Tri as sang penyabar
Nah , lengkap sudah anggota kami . Sejak sore itu kami mendapatkan banyak pengarahan dari Pak Him selaku bos kami ? Juga mendapatkan sangu makanan , madu , jahe , dn obat dari sekolah . Meski mie.nya hampir atau bahkan ada yg kadaluarsa kamipun senang . hahaha
Sragen , 07 Juli 2010 .
Tiba pukul 2 dini hari , kami berangkat menuju Cemoro Kandang dg menaiki truk yg meruntel itu . Bos kami duduk di depan bersama Umy anak tirinya ? Dan kami anak – anak terlantar di bak yg penuh sesak itu . kira – kira sampai pukul 4 pagi , truk kami pun berhenti di sebuah masjid untuk melaksanakan ibadah sholat subuh . dan saat itu pula , saya rasakan hipotermia dn kelaparan tingkat tinggi . untung saja saat itu ada Ade Okta yg membawa sepanci Telo dn saya santap bersama teman – teman , tertolonglah perut saya ? thanks ade .
Sampai di Cemoro Kandang kira – kira pukul 5 pagi , dn kami.pun merasakan hipotermia yg sangat dasyat tak tertahankan . Kami masih melakukan penyesuaian suhu selama 2 jam sambil menunggu ‘Becak Rider’ dn M Tri , yg memang tidak berangkat bersama kami karna posisi start kami jauh berbeda . Sarapan Nasi pecel di bawah dn menyempatkan berpose pose ria ?
Sampai pukul 7 pagi , semua sudah terkumpul dn perut sudah terselamatkan . kami adakan breafing dn doa bersama , pukul 7.30 kami mulai pedakian itu . Awal mula kami masih mengenakan pakaian siap tempur dg hawa dingin  namun setelah kami lakukan pendakian kami rasakan semacam kepanasan . dn anehnya , saya yg start berangkat duluan jadi di barisan paling belakang bersama Ito dn Mia . Pos 1 kami lewati dg penuh semangat , hanya saya , Ito , dn Mia yg klelat klelet . di pos 1 saya sungguh hampir mati kecapekaan , lebay . jujur saja karna beban 11 kg yg saya pikul , lalu dg penuh pengertian dn rasa iba salah satu anggota Becak Rider , panggil dia Mas Lem datang sebagai super hero saat itu dg gagah dia membawakan tas saya sampai di pos 2 , horeee ! dari pos 1 sampai pos 2 saya merasa ringan tanpa beban , walau begitu tetap saja saya berada di urutan paling belakang . ha ha ha , tidak pa pa ?
Sesampainya di pos 2 , diambillah sebuah keputusan untuk membagi-bagikan semua yang ada dalam tas saya . dn menurut teman – teman saya tas saya lah yg berlebihan dn kelebihan muatan , ohh no.. alhasil semua barang – barang saya di bagi – bagikan ke teman – teman utk meringankan beban saya, termasuk roti susu dn coklat saya asal tahu saja sebagian banyak yg ngga di kembaliin ha ha ha ? tak apa yg penting ringanlah saya .. tapi di sinilah, puncak kesetresan kami semua . Dari pos 2 menuju pos 3 trayek.nya minta ampun jauh bianget dn sepanjang perjalanan kita jumpai jurang-jurang yg ngga tau seberapa dalamnya . kita menemui sebuah tempat yg mirip pos , kami semua bahagia tak kepalang karna kami pikir dapat beristirahat sejenak di sana . namun ternyata , telusuk demi telusuk itu Cuma sebuah pos bayangan yang memang di sediakan karna jauhnya jarak antara pos 2 dan pos 3 . kamipun hampir putus asa , yang ada hanya tipuan dari para pendamping kami yang selalu bilang “2 tikungan lagi sampai” padahal pada tikungan ke 7 pun tak kami jumpai pos 3 ? kira – kira pukul 3 sore kami sampai di pos 3 . tanpa pikir panjang segera saya cari tenda saya , dn minta tolong teman utk mendirikan tenda , setelah berdiri saya kluarkan sarung bubok , saya minum susu makan coklat dn tidur lelap bersama Ito . sampai tegah malam saya menangis karna kedinginan , kecapekan, dn kangen ayah saya . ha ha ha . ito.pun saya desak- desak sampai tenda condong padahal salonpas sudah menempel hampir di semua bagian muka , kaki , dn pundak saya , namun saya terus mengeluh waktu itu , saya merengek minta pulang pada Ito , saya menangis sambil memanggil – manggil ayah dn ibu saya , berharap mereka datang saat itu juga dn menjemput saya . konyool banget yah ? Sampai pagi kira-kira pukul 5 saya terbangun oleh suara berisik teman – teman yg sdg berpose pose ria dg sunrise , dn saya berasa kebelet saat itu . berbekal tissu basah multifungsi bersama Rhea , saya bersekongkol utk saling menjaga . Legaa.. Pukul 6 lagi kami berkemas dn langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 4 . dari pos 3 sampai pos 4 trayek mulai terjal, kami pun  menggos – menggos dan saya selalu ingat pesan Bos kami “NIK MLAKU OJO NDANGAK”. sesampainya di pos 4 kami beristirahat dn berjemur sejenak sambil makan ?
Perjalan menuju pos 5 itu yg paling menyenangkan , karena kami telah benar - benar berada di atas awan ? indahnya,  bayangkan itu ...  di sana saya mulai merasakan betapa bergantungnya kita pada airputih dn sinar matahari yg biasanya kita hindari . perjalanan terasa santai bukan karna medannya tapi karna di sepanjang jalur menuju pos 5 adalah padang rumput sabana , dn banyak pula Eidelwise si bunga keabadian . Perjalanan saya nikmati dg sangat mensyukuri dn memuji kekuasaan Tuhan yg begitu hebat menciptakan keindahan semacam itu . Namun tanpa saya sadari karna terlalu bersemangat saya tepisah dari rombongan terakhir , dn tertinggal jauh dari rombongan pertama . Jujur saja , saya ketakutan , takut hilang , takut macan , dn takut setan . taukan kalo Gn. Lawu selalu di gambarkan sebagai pusat kekuatan supranatural di tanah jawa . serem sendiri waktu itu , sekuat tenaga saya berjalan cepat, karna ngga kuat utk berlari dn sampai akhirnya saya temui Ujang di pertigaan menuju hargo dalem dn puncak . huft lega deh .. Namun setelah saya pikir – pikir memang saya harus jalan sendirian sepertinya agar tidak lelet kaya keong . kami singgah di kediaman Mbok Yem , istirahat dn makan ( lagi – lagi menu pecel terhidang ) ? kami lanjutkan perjalanan menuju puncak , jalan menanjak dn terjal bukan main . Namun entah itu bohong atau tidak ada seorang nenek tua menggendong sekerenjang ranting-ranting pohon yang katanya beliau adalah warga bawah , ( gile kuat banget kan tu nenek , minumnya aja kratingdeng. Gue tebak, dulunya die mantan pacarnya Mbah Marijan kalee. Hehehe ). Sepanjang jalan kami berpose , tapi entah mengapa saya benar – benar ngga mood buat pose . sampai di Puncak saya spontan berlari memeluk tugu yg ada  di puncak . hiks terharu banget , dn triak triak ngga karuan di puncak . rasanya lega banget , indah . Setelah itu kami adakan apel , menyanyikan Indonesia raya , Padamu Negeri, dn Hymne Pramuka dg sesenggukan terharu beraaaaat ? setelah usai acara tangisan kami berpose sambil mengibarkan bendera Ambalan dn Sang Merah Putih ?
Acara di puncak.pun usai , kami bergegas menuju Mbok Yem Resto , kami bergegas utk turun melalui Cemoro Sewu . Sepanjang perjalanan hanya tangga yang saya lalui , kembali membuat saya stres berat . karna sudah sangat lelah dn jenuh saya jadi bener – bener ngga merhatiin letak dn posisi saya . menginjak pukul 6 sore hari mulai gelap dn yg saya temui hanya jalur berliku yg di penuhi anak tangga , entah berapa anak tangga yg hampir membuat lutut saya copot dari tulang kering ? pada awalnya saya turun hanya bersama Mia , Ito (pasukan lelet) namun berhasil mengejar mas Jack , Paknis , Ria , Viki , Dini , dn Eza . namun entah di pos berapa saya berhasil bertemu Becak Rider dn muncul lah secara tiba – tiba sifat kolokan saya , saya menangis pemirsa ? ha ha ha . sambil di bentak – bentak Becak Rider saya terus melangkah di tuntun Mas Jack ( maap mas , aku marah – marah waktu itu ) . mungkin karna kebanyakan menangis , perut saya jadi sangat – sangat lapar . dg sangat bijaksana mas Jack menyedekahi saya roti terakhir.nya , karna memang saat itu coklat , susu , roti , bahkan mie.ku sudah habis ? makan sambil menangis , bayangkan seperti apa saya saat itu ! oiya , saya ingat sebelum saya menangis Viki juga nangis hlo , katanya sih kepalanya pusing tapi di suruh minum obat sama air putih ngga mau , giliran di kasih nutrisari baru mau . yaela ..
Magetan
Basecamp Cemoro Sewu 23.00 WIB
Selarut itu saya baru berhasil sampai basecamp, padahal Moko dn kawan – kawan sampai pukul 7 malam , tapi syukur alhamdulillah ? saya segera masuk kamar di basecamp ndesel – ndesel Mia . pasang salonpas pada tumit , lutut , tangan , bahu , dn hidung lalu tepar sampai pagi ?
Keesokan harinya , beser.pun mulai menghampiri karna dinginnya . Yang lucu , dari posisi berjongkok saya susah berdiri dari dalam kamar mandi spontan saya teriak minta tolong . ekekekekek , konyol bianget saking capeknya ..
Pendakian itu bener – bener meninggalkan kesan yg mengharukan , mengasyikan , mendalam , dn bikin kecanduan ? Terimakasih untuk teman – teman Laksana Brawiloka ’08 atas kerjasama dn bantuan kalian , atas diri saya sendiri . Semoga ini bisa menjadi sweet memories untuk kita semua . Dn kabarnya itu menjadi pendakian terakhir untuk Big Boss kita. Kita patut bangga untuk itu , maka tetap dg sepenuh hati  mengamalkan Dasa Dharma , Trisatya , dn Pancasila .
Ikhlas bakti bina bangsa , berbudi bawa laksana . Salam Pramuka !!










Sabtu, 02 Juli 2011

Bakpao oh Bakpao

pagi itu ketika sampai di sekolah :)
Jujur saja , saya orang yg paling tidak suka berangkat awal . Waktu itu entah ada angin apa yg membawa saya masuk kepagian . Tanpa pikir panjang kaki ini tertuju ke XII IPA 2 , tempat bernaung , berteduh dari panas terik dn hujan badai . Lalu saya mencari bangku yg memang sudah saya khusus.kan utk saya duduk.i , ada cap "Bokong.e Nizam" di atas.nya , sambil duduk bersandar saya pun melamun membayangkan kenapa tadi saya berangkat sepagi ini ( belum ada siswa yg masuk , hanya tampak sosok hitam kecil kurus memegang sapu . Mas suep nama.nya )
Saya mencoba berpikir positif , ada hikmah.nya juga berangkat jam segini , bisa liat mas suep beradu akting dg mas sargo :D he he
Secara tiba - tiba saya terbayang akan sebuah benda bulat putih parabola , berisikan coklat ayam dn keju . dari situ saya mulai terinsipirasi , eh bukan terinspirasi tapi ngidam benda yg di sebut bakpao itu .

sepulang sekolah saya.pun langsung berburu bakpao . Di pasar tidak ada yg isi coklat ayam dn keju , hanya isi kacang ijo dn saya tidak suka . senggang sehari , saya ke purwodadi yg kata ibu di toko makanan ada , dn alhasil satu kota purwodadi saya ubek - ubek hasil.nya nihil . Beberapa waktu kemudian saya melakukan perjalanan ke Jogjakarta bersama teman - teman khusus.nya Eden Tyasmara, dn kira - kira kami sampai di daerah Klaten ada penjual bakpao , dn spontan teman - teman meneriaki saya karna mereka tahu saya penggila bakpao ketika itu . Dg sigap dn sangat dermawan Eden sahabat saya ini , memborong hampir separuh panci lalu membagi - bagi.kan pada si wajah - wajah melas termasuk saya . Dn di situ saya merasa bahwa Eden lah superman yg kita cari - cari utk menyelamatkan Indonesia dari kemiskinan dn kelaparan . Ha ha :)

Masih belum puas dg bakpao itu saya kembali melakukan perburuan .
simpang siur tersiar kabar bahwa di semarang di depan ADA majapahit ada yg menjual , setelah saya hub.i kerabat saya katanya memang ada , lalu saya datangi bersama sahabat saya Viki dn bakpao.nya tidak sesuai harapan dn bayangan saya , kurang lembut , kurang manis , dn tidak meleleh di mulut .

Kecewe dg itu , saya tanpa putus asa kembali melakukan perburuan .
Ada kabar burung mengatakan bahwa di Solo juga ada bakpao lezat di Jl. Slamet Riyadi . Dan saya kembali berkunjung ke kota solo demi bakpao slamet riyadi . Jujur saja , saya amat sangat tidak mengenal jalan solo . Start dari manahan bersama sahabat saya Tyas dn keponakan saya Alif yg katanya dia hapal semua jalan tapi tidak tahu namanya , kamipun menunggangi Mio Soul biru hitam menuju jalan tersebut . Awalnya kami sekedar iseng main ke SGM dn ponakan saya lah yg jadi tour guide , dn menurut saya bisa di andalkan . Tapi dari kraton solo kami mulai pusing berputar - putar , karna tiba - tiba Alif mulai lupa arah dn jalan pulang . Alhasil kami pun nyasar sampai Sukoharjo , parah.nya Alif mulai mengantuk dn ngamuk minta pulang spontan saya bingung di buatnya . Tanpa pikir panjang saya ambil inisiatif utk menguntit Bus yg bertuliskan Solo - Pwd - Blora . Selamat ! Kami sampai Aspol manahan juga , dn kembali pulang . Namun rasa kecewa dn sangat penasaran masih tertanam di hati saya karna sampai sekarang masih belum sempat merasakan lezat.nya bakpao slamet riyadi .

Sekian cerita saya dn bakpao , semoga tidak di tiru aksi lebay dn alay ini :)